Ini Cara Nabi dan Para Sahabat Salat Secara Sembunyi-sembunyi

oleh
shalat sembunyi-sembunyi (sumber: Istimewa)

Blogger Terbaik – Para As-Sabiqun Al-Awwalun, mereka semua masuk Islam secara sembunyi-sembunyi dan cara yang sama pun dilakukan oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam pertemuan dan pengarahan agama yang beliau berikan, karena dakwah ketika itu masih bersifat individu dan sembunyi-sembunyi. Sementara wahyu sudah turun secara berkesinambungan dan memuncak setelah turunnya permulaan surat Al-Mudatstsir. 

Wahyu pertama yang turun adalah perintah mendirikan shalat. Ibnu Hajar berkata, “Sebelum Isra’ terjadi, beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam berdasarkan riwayat yang qath’i (pasti) pernah melakukan shalat, demikian pula para sahabat beliau. Akan tetapi yang diperselisihkan, apakah ada shalat lain yang telah diwajibkan sebelum (diwajibkannya) shalat lima waktu ataukah tidak? Ada pendapat yang mengatakan bahwa yang telah diwajibkan itu adalah shalat sebelum terbit dan terbenamnya matahari.” Demikian penuturan Ibnu Hajar rahimahullah.. 

Jika tiba waktu salat, Nabi SAW dan para sahabat pergi ke tempat yang terpencil lalu secara sembunyi-sembunyi mengerjakan salat. 
Begitu kata Ibnu Hisyam dalam Sirah Nabawiyah-nya. Ia menyebut, hal tersebut dilakukan Rasulullah SAW dan para sahabat agar tidak dilihat kaumnya Ibnu Hisyam menyebutkan bahwa bila waktu shalat telah masuk, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam dan para sahabatnya pergi ke lereng-lereng perbukitan dan menjalankan shalat di sana secara sembunyi-sembunyi jauh dari pandangan kaum mereka. Abu Thalib pernah sekali waktu melihat Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam dan Ali melakukan shalat, lantas menegur keduanya namun manakala dia mengetahui bahwa hal tersebut adalah sesuatu yang serius, dia memerintahkan keduanya untuk berketetapan hati (tsabat). 

Meskipun dakwah pada tahapan ini dilakukan secara sembunyi-sembunyi dan bersifat individu, namun akhirnya, perihal beritanya sampai juga ke telinga kaum Quraisy. Hanya saja, mereka belum mempermasalahkannya karena Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam tidak pernah menyinggung agama mereka atau pun tuhan-tuhan mereka. 

Tiga tahun pun berlalu sementara dakwah masih berjalan secara sembunyi-sembunyi dan baru mengenai individu-individu. Dalam tempo waktu ini, terbentuklah suatu kelompok kaum Mukminin yang dibangun atas pondasi ukhuwwah (persaudaraan) dan ta’awun (solidaritas) serta penyampaian risalah dan pemantapan posisinya. Kemudian turunlah wahyu yang menugaskan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam agar menyampaikan dakwah kepada kaumnya secara terang-terangan (jahriyyah), dan menentang kebatilan mereka serta menyerang berhala-berhala mereka. 

(Alifah Dhuha/ Dari Berbagai Sumber) 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *