Imbas Merger Gojek-Tokopedia Bikin Driver Ojol dan Pelaku UMKM Makin Menjerit

oleh
Merger Gojek dan Tokopedia. (Foto: Ilustrasi/ Dok Net)

Skema insentif yang bakal berubah pada mitra drive Gojek dinilai sebagai imbas dari merger Gojek dengan Tokopedia (GoTo).

Ketua Umum Indonesian Digital Empowering Community (IDIEC) M. Tesar Sandikapura menilai perubahan sistem insentif di Gojek, yang berujung terhadap ancaman mogok kerja dari mitra driver, disebabkan merger antara Gojek dan Tokopedia.

Tesar melanjutkan buntut dari sebuah merger adalah efisiensi. Dalam kasus GoTo, efisiensi berada di sisi Gojek, karena beban tambahan dari hasil merger.

“Masalahnya adalah Gojek selanjutnya membebani ini ke mitra. Bukan uang dari perusahaan tetapi keuntungan mitra yang dipotong,” ungkap Tesar, di Jakarta.

Dirinya menduga setelah merger, perusahaan ingin menghadirkan layanan dan promo yang lebih menarik kepada pelanggan.

Namun sayang, dana promo tersebut diambil bukan dari kantong perusahaan, melainkan dari insentif mitra yang dipotong.

Tesar menuturkan, seharusnya dampak merger Gojek dan Tokopedia memberi manfaat besar kepada mitra driver, bukan pemangkasan insentif.

Tesar pun berpendapat apa yang dilakukan oleh mitra driver merupakan hal yang wajar. Di tengah pendapatan yang menurun karena pandemi Covid-19, perubahan sistem insentif menambah beban mereka (driver ojol), sehinga mereka menjerit.

“Makanya dari awal visi misinya merger itu apa? Seharusnya efisiensi dan produktivitas meningkat. Kalau hanya mengurangi harga dan dibebankan ke mitra, kurang bagus. Kalau mau bakar duit lagi, sisihkan dari dana hasil merger,” jelas Tesar.

Tak hanya mitra driver, menurut Tesar, Gojek juga menerapkan skema baru dalam hal komisi untuk GoFood. Dengan skema baru, Gojek menarik komisi dari yang sebelumnya 12 persen ditambah Rp5000 menjadi 20 persen ditambah Rp1.000.

Tesar berpendapat skema tersebut membebani pelaku usaha mikro kecil dan menengah (UMKM) di bisnis makanan dan minuman yang menjadi mitra Gojek.

“Merger itu harusnya menyatukan kekuatan masing-masing untuk mencapai efisiensi dan produktivitas, yang terjadi saat ini hanya menekan pengeluaran kepada mitra,” ungkap Tesar.

Sementara itu sebelumnya, VP Corporate Communications Gojek Audrey Petriny mengatakan kebijakan penyesuaian skema insentif memberikan peluang yang lebih besar bagi lebih banyak mitra untuk dapat memperoleh insentif.

“Kebijakan ini merupakan langkah untuk lebih memeratakan jumlah mitra yang dapat memperoleh insentif tersebut,” tutur Audrey, Senin (7/6/2021).

Audrey menambahkan dengan skema baru makin banyak mitra yang berpeluang mendapatkan penghasilan tambahan di masa pemulihan pandemi.

Sebagai gambaran, jika dahulu mitra dengan jumlah 1–4 pengantaran tidak mendapatkan insentif, dengan skema baru mereka dapat memperoleh insentif.

Skema baru dan yang ada saat ini juga memberi keleluasaan kepada mitra untuk menyelesaikan pengantaran, dengan performa minimum adalah 80 persen.

Gojek terus melakukan sosialisasi kepada para mitra mengenai kebijakan baru ini. Sekadar informasi, dalam rilis yang beredar di media sosial, untuk kawasan Jabodetabek.

Skema lama memberikan insentif dengan nilai minimum Rp10.000 untuk 5 pengantaran yang berhasil diselesaikan mitra.

Nilainya bertambah menjadi Rp30.000 untuk 8 pengantaran dan seterusnya. Adapun jika mitra melakukan 15 pengataran atau lebih maka akan mendapat Rp100.000.

Berikut perbandingkan skema baru dan skema lama soal insentif pengantaran untuk GoSend Sameday.

Insentif lama di Jabodetabek:

-Menyelesaikan 5 Pengantaran: Rp10.000
-Menyelesaikan 8 Pengantaran: Rp30.000
-Menyelesaikan 10 Pengantaran: Rp45.000
-Menyelesaikan 13 Pengantaran: Rp60.000
-Menyelesaikan 15 Pengantaran: Rp100.000

Insentif baru di Jabodetabek:

-pengantaran 1–9 dapat Rp1.000/pengantaran
-pengantaran 10–14 dapat Rp2.000/pengantaran
-pengantaran lebih dari 15 dapat Rp2.500/pengantaran.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *