D Dimer dan Covid-19, Apakah Ada Assosiasinya?

oleh
Pasien Covid-19 tengah dirawat di rumah sakit.

Baru baru ini d dimer mendapat perhatian para ahli di seluruh dunia, bahkan di Indonesia para awampun membicarakannya gara gara seorang influencer menuliskan di blog pribadinya pengalamannya kena Covid dan kaitannya dengan kenaikan level D Dimer yang cukup signifikan. Tetapi apakah ada keterkaitannya antara Covid19 dan kenaikan d-dimer dan apakah bentuk assosiasinya sangat kuat sehingga menimbulkan hubungan sebab akibat? Tulisan ini menunjukkan bagaimana d dimer terbentuk, mengapa mengalami kenaikan, dan apakah kenaikan d dimer ini sangat specific untuk Covid19.

Apakah  d dimer itu?

D-dimer (atau D dimer) adalah produk degradasi fibrin (atau FDP), fragmen protein kecil yang ada dalam darah. Dinamakan d dimer karena mengandung dua fragmen D dari protein fibrin yang digabungkan dengan sebuah ikatan silang.

Mengapa kadar d dimer naik? Kadar d dimer naik selalu dikaitkan dengan adanya reaksi peradangan. Penelitian sebelumnya menunjukkan adanya hubungan antara peradangan, peningkatan kadar CRP serum, kerusakan vaskular, dan peningkatan kadar D-dimer plasma.

Tes D-dimer penting untuk membantu menyingkirkan kejadian tromboemboli vena (VTE), termasuk trombosis vena dalam dan emboli paru, dan dapat digunakan untuk mengevaluasi dugaan diseksi aorta. D-dimer diproduksi setelah aktivasi sistem koagulasi dengan pembentukan dan degradasi fibrin ikatan silang oleh plasma .

Kadar D-dimer yang meningkat tidak normal biasanya ditemukan setelah bekuan terbentuk dan sedang dalam proses penguraian. Jika Anda mengalami pembentukan dan pemecahan bekuan darah yang signifikan di tubuh Anda, D-dimer Anda mungkin meningkat. Tes D-dimer negatif berarti pembekuan darah sangat kecil kemungkinannya.

Pembacaan positif palsu dapat disebabkan oleh berbagai penyebab: penyakit hati, faktor reumatoid tinggi, peradangan, keganasan, trauma, kehamilan, operasi baru-baru ini, serta usia lanjut. Pembacaan negatif palsu dapat terjadi jika sampel diambil terlalu dini setelah pembentukan trombus atau jika pengujian ditunda selama beberapa hari.

Satu dari tiga pasien emboli paru yang diuji memiliki tingkat D-dimer normal. Tingkat negatif palsu untuk deep vein thrombosis DVT dengan uji d-dimer adalah 24%, dan sensitivitasnya adalah 76%. Nilai prediksi negatif untuk D-dimer adalah 92%. Semua tes d-dimer negatif palsu terjadi pada pasien yang didiagnosis dengan DVT atau emboli paru dalam 4 hari setelah masuk.

Konsentrasi serum IL-6, CRP, dan D-dimer secara signifikan lebih tinggi pada pasien urtikaria spontan yang kronis (CSU) dibandingkan dengan kontrol. Ditemukan korelasi yang signifikan secara statistik antara konsentrasi D-dimer dan penanda inflamasi lainnya: CRP dan IL-6 serta UAS. Jadi peningkatan d dimer ternyata tidak spesifik untuk Covid19, tetapi pada Covid19 dapat dipastikan akan terjadi peningkatan d dimer dan dimer dipakai sebagai prognosis dari Covid19.

D dimer dan Covid19

Masalah yang muncul dalam pengelolaan tatalaksana pengobatan COVID-19 adalah morbiditas dan mortalitas yang terkait dengan kejadian trombolitik vena. Selain gagal napas, koagulopati adalah kelainan umum pada pasien dengan COVID-19, dengan peningkatan kadar fibrinogen dan D-dimer. Misalnya, Oudkerk dkk mencatat sejumlah studi kasus yang menggambarkan peristiwa trombolitik pada pasien COVID-19 dalam laporan mereka, sehingga meningkatkan kekhawatiran tentang masalah ini.

Peningkatan konsentrasi d dimer pada pasien Covid19 terobservasi pada 76% kejadian pasien yang telah terkonfirmasi Covid19 secara PCR. Yang menjadi diskusi hangat di kalangan para dokter adalah mengapa Ketika diberikan terapi pengencer darah seperti Enoxeparin kadar d dimer malah meningkat?

Pathway mengapa terapi pengencer darah pada kasus Covid malah menaikkan d dimer perlu penelitian lanjutan karena banyak yang masih menjadi misteri. Penelitian restrospective dari Kernohan dan Calderon dari Oxford University (2020) memberikan hasil bahwa terapi propilaksis dengan Enoxeparin pada venatromboemboli pada pasien Covid menurunkan resiko kematian sampai 44%.

Bagaimana jika pasien mengkonsumsi herbal yang bersifat pengencer darah secara teratur? Memang belum ada penelitian yang mengaitkan terapi herbal pengencer darah dan Covid. Tetapi berkaca pada data penelitian dari Oxford University saya berspekulasi bahwa konsumsi herbal yang bersifat pengencer darah hasilnya akan parallel dengan terapi prophilaksis dengan menggunakan Enoxeparin. (Sumber: Dr. Joss Riono, MSc, MPH, PhD (UWA)).

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *