Dampak Perubahan Iklim, Otak Manusia Menyusut

oleh
ilustrasi otak manusia (sumber: istimewa)

Blogger Terbaik – Perubahan iklim ternyata berhubungan dengan ukuran otak manusia. Otak manusia makin kecil untuk beradaptasi dengan perubahan iklim.

Fakta ini diungkap dalam penelitian Jeff Morgan Stibel, seorang ahli ilmu kognitif dari Natural History Museum.

Studi tersebut menunjukkan hubungan antara perubahan iklim di masa silam dan otak manusia yang menciut.

“Mengingat tren pemanasan global baru-baru ini, sangat penting untuk memahami dampak perubahan iklim, jika ada, pada ukuran otak manusia dan pada akhirnya perilaku manusia,” tulis Stibel dalam laporannya, seperti dikutip dari Science Alert, Minggu (13/8/2023).
Penelitian bertujuan untuk memahami cara manusia berkembang dan beradaptasi di tengah tekanan perubahan lingkungan. Ia menganalisis riwayat iklim dan fosil manusia dalam periode 50.000 tahun terakhir.

Hasilnya, otak manusia makin kecil ketika iklim Bumi makin hangat.

“Kita tahu bahwa otak di semua spesies makin besar dalam jutaan tahun terakhir, tetapi kita tahu sangat sedikit soal tren evolusi di tingkat makro,” kata Stibel.

Ia mengambil data ukuran tengkorak dari beberapa sumber, yang secara total terdiri dari 373 pengukuran atas 298 tulang manusia yang usianya tersebar dalam 50.000 tahun. Dalam penelitian, ia juga mempertimbangkan ukuran tubuh yang disesuaikan dengan wilayah geografi dan gender untuk melakukan estimasi ukuran otak.

Data ukuran otak kemudian dibandingkan dengan empat riwayat iklim termasuk data temperatur dari European Project for Ice Coring in Antartica (EPICA) Dome C, yang menyimpan data suhu permukaan sehingga 800.000 tahun yang lalu.

Dalam 50.000 tahun terakhir, ada beberapa peristiwa penting seperti Last Glacial Maximum (Glasial Maksimum Terakhir), yang menyebabkan rerata suhu Bumi merosot tajam hingga akhir jaman Pleistocene. Ketika Bumi memasuki era Holocene, suhu kembali meningkat secara konstan hingga hari ini.

Analisis menunjukkan pola umum perubahan ukuran otak pada Homo yang berkorelasi dengan perubahan iklim saat suhu naik dan turun. Manusia mengalami penurunan yang cukup besar dalam ukuran otak rata-rata, sebesar lebih dari 10,7% selama periode pemanasan Holosen.

“Perubahan ukuran otak tampaknya terjadi ribuan tahun setelah perubahan iklim, dan ini terutama terlihat setelah zaman Glasial Maksimum Terakhir, kira-kira 17.000 tahun,” jelas Stibel dalam makalahnya .

Lebih lanjut, analisis menunjukkan tingkat kelembapan dan curah hujan juga berpengaruh pada pertumbuhan otak. Meski suhu merupakan faktor yang lebih signifikan, penelitian ini menemukan korelasi yang lemah antara musim kemarau dan volume otak yang sedikit lebih besar.

Namun, masih ada pertanyaan tentang apa yang sebenarnya menyebabkan variasi ukuran otak Homo. Hasil penelitian menunjukkan perubahan iklim terkait dengan perbedaan ukuran otak, tapi iklim tampaknya tidak menjelaskan semua variasi evolusi.

Menurut Stibel, faktor ekosistem seperti predator, efek iklim tidak langsung seperti vegetasi dan produksi primer bersih, atau faktor non-klimatologi seperti budaya dan teknologi dapat berkontribusi pada perubahan ukuran otak.

“Hasil penelitian menunjukkan bahwa perubahan iklim dapat memprediksi ukuran otak Homo, dan perubahan evolusioner tertentu pada otak mungkin merupakan respons terhadap tekanan lingkungan,” ujar Stibel.

“Penelitian lebih lanjut diperlukan untuk menentukan apakah dampak perubahan iklim pada fisiologi Homo merupakan hasil dari perubahan suhu atau efek tidak langsung dari elemen lain dari lingkungan yang berubah,” pungkasnya.

(Alifah Dhuha/ Dari Berbagai Sumber)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *